Minggu, 11 Desember 2011

I'm trying not to go insane






Dingin pagi benar-benar terasa hari ini, suara burung terdengar jelas entah dari pepohonan di sekitar komplek besar itu atau dari tetangga yang memang memiliki beberapa burung. Ini kali pertama aku bangun di sini, dan tidur di ruang sempit ini. Beberapa barang pun belum sempat aku tata rapih, namun setidaknya tidak ada yang tertinggal dari rumah. Ini kali pertama aku ngekost saat bekerja, yah 2009 dimulainya kehidupan anak kost setelah 2 tahun aku tinggal di rumah.

Pagi ini sungguh indah, kata orang saat-saat paling dingin itu bukan dini hari, malah pagi-pagi saat embun mulai berubah sedikit menjadi air. Saat matahri hanya sedikit mengintip dari balik awan di belahan timur. Saat orang-orang selesai sholat subuh di masjid. Saat tukang koran asik memilah-milah jatah langganan mereka atau malah sudah mulai melempar koran-koran di rumah-rumah dengan sepedanya.

Suara alaram yang ternyata bukan dari jam waker malah membangunkan ku, zaman telah berubah, alaram handphone itu yang membangunkanku. Sempat berusaha menarik selimut lagi dan bersembunyi dari dingin bersamanya. Namun rasa dingin ditambah rasa yang berbeda pagi ini membuatku bangun dan berdiri. Aku masih ingat, gerakan pertam ku pagi itu adalah melihat keluar, di balkon, melihat anjing-anjing besar sedang berlarian bersama pemiliknya. Ternyata pemiliknya adalah bule-bule cantik yang tinggal di rumah-rumah besar di sini.

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di kantor baru, dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk ngekost di Kemang. Kemang, memang memiliki sejuta daya tarik yang membuatku yakin aku harus tinggal di sini, dan juga karena tidak terlalu jauh dengan kantorku. Hari pertama, tentu saja tidak boleh terlambat dan sangat akrab dengan suasana pagi, meski sebenarnya aku bukan orang yang suka dengan (bangun) pagi.

Hari-hari pertama bekerja terasa begitu lancar, aku banyak bertemu dengan teman-teman yang usianya tidak begitu jauh. Awalnya memang tidak mudah bercengkrama dengan mereka, karena memang aku bukan tipikal orang yang mudah bergaul. Namun lambat laun semuanya berubah, bahkan tidak hanya saat bekerja kami bertemu, di luar jam kantor, hari lubur, sampai weekend kami sempatkan untuk bertemu.

Aku sempat berpikir bahwa masa ini seperti masa yang pernah aku rasakan ketika duduk di bangku kuliah. Begitu akrab, begitu indah, ada tawa, ada emosi, ada tangis ada luka, ada pelukan, ada teriakan. Semua bercampur menjadi semesta baru, saling berharmonisasi begitu indah di saat itu. Meski seiring jalannya waktu, people come and go from this office, kami masih sering bertemu dan memang harus dipaksakan satu sama lain.

Kami sering berkumpul di Bremer, salah satu tempat favorit saat itu. Bremer merupakan tempat seperti kafe, namun dengan suasana open air serta meja-meja kayu dan lilin, membuat kami semakin akrab bercerita tentang hidup, mimpi, dan apa saja yang bisa diceritakan. “Terkadang hidup itu seperti minuman ini, kombinasi bitter and sweet tercampur dan nggak mungkin bisa dipisahkan” cetus Fatte, wanita berambut panjang, agak manja dan putri seorang ilmuwan terkenal.

Ada juga Alice, sama seperti diriku yang memiliki bintang sagitarius. Temanku ini perlu waktu cukup lama untuk bercerita tentang “sebagian” sisi hidupnya. “Mungkin gw cerita cuma sedikit aja di sini, sebagian aja, karena gw belum bisa cerita semuanya dulu…”, itu biasanya kata-kata yang biasa dia ucapkan sebelum bercerita. Ada pula Yuppy, dia teman yang sudah aku kenal sejak bangku sekolah, dan bahkan sama-sama kuliah di tempat yang sama. Yuppy begitu perhatian dengan penampilannya, dia agak keras, bahkan di antara kami tidak ada yang pernah berani melawannya.

Jessica, nama terakhir ini tidak hanya teman, sahabat, mimpi, sebuah cerita, benang merah, atau apalah yang bisa aku samakan dengan setengah sisi hidup ini untuknya. Sama seperti teman-temanku yang lain, dia wanita yang ceria, bersemangat, terkadang bila tertawa juga lumayan keras. Aku masih ingat, setiap kita ketempat ini, Jessica selalu memesan Poke Green tea kesukaannya.

Seiring jalannya waktu aku semakin dekat dengan Jessica, kami sering pergi bersama, sehabis pulang kantor atau pun saat weekend. Kami sempat merahasiakan kisah ini ke Fatte, Alice, dan Yuppy tapi akhirnya kami bercerita juga. Ternyata mereka tidak marah atau tidak suka dan malah mendukung kami.

Perlu berates-ratus lembar kertas atau halaman yang harus kutulis mengenai kisahku dengan Jessica. Kisah yang begitu indah, kompleks, kadang membuat kita menyerah dan esoknya mulai berjuang kembali. Kisah yang tidak akan pernah mudah untuk dilupakan.

Jessica dan aku telah lama berpisah, seiring dengan pindahnya kami dengan kantor itu. Aku pindah ke bilangan Permata Hijau, dan dia pun pindah ke Jakarta Selatan. Sempat kami bertemu dan berkomunikasi namun tidak bertahan lama. Ada begitu masalah yang membuat kami memutuskan untuk tidak bersama lagi. Masalah sederhana yang di mata kami berdua terlalu sulit untuk dipecahkan. Masalah biasa yang sama sekali belum pernah kami temui.

Lambat laun, kami tidak pernah berhubungan satu sama lain. Fatte dan Alice masih beberapa kali bertemu dengan ku, sementara Yuppy satu kantor dengan Jessica. Ada rasa ingin bertemu dan berkumpul di Bremer lagi, tidak hanya dengan Jessica, namun berkumpul seperti dulu bersama Alice, Yuppy atau Fatte, tapi semuanya sudah berubah, tidak semudah waktu itu.

Aku bertemu dengan pagi lagi Sabtu ini. Fatmawati menjadi saksi bisu hilangnya mimpi itu. Sampai hari ini aku masih belum mengerti kenapa aku begitu sulit untuk lepas dari masalah ini. Kisah itu terlalu jelas di rekaman kepala ini. Terlalu keras di kuping ini untuk berulang kali di dengarkan.
Pagi ini aku mendengarkan kembali bait tiap bait lirik lagu sebuah band yang dulu mentas di ajang festival musik rock tahun lalu. Aku dan Jessica begitu antusias menyaksikan penampilan mereka. Dan benar, itu adalah kali terakhir aku menyaksikan sebuah konser musik bersamanya, kali terakhir aku melompat tertawa dan berteriak di lapangan berpasir itu bersamanya. Festival yang begitu identik dengan aku dan dirinya. Cranberries, nama band yang tampil saat itu, aku memegangnya erat dan tak pernah berpikir untuk melepaskannya.

I'm still remembering the day I gave my life away.
I'm still remembering the time you said you'd be mine.
Yesterday was cold and bare, because you were not there.
Yesterday was cold, my story has been told.

I need your affection all the way.
The world has changed or I've changed in a way.
I try to remain, I'm trying not to go insane.
I need your affection all the way, the way.
Get away



“I'm still remembering”, Cranberries

Benar, pagi ini, seperti sepenggal bait lirik lagu itu I'm trying not to go insane. Kegilaan pagi ini terus aku tekan. Kegilaan dingin ini terus aku sembunyikan. Kegilaan kepala ini terus aku tutupi dengan senyum yang tersisa. Tuhan, tolong aku untuk tidak menjadi gila, segila rasa ini kepada mimpi yang sudah tak tersisa.






Fatmawati, 12.12.11



foto: Lovelytoday.com

~ 0 komentar: ~

+

Labels

The Owner

Foto saya
Seorang laki-laki yang baru belajar menulis

Blogroll

About