Sabtu, 31 Desember 2011

Novel tentang Mimpi 2011






“Gw suka ngomong ugly truth, jadi lo siap-siap yah,” jelas seorang teman (yang baru kenal) sambil memberikan kartu klasik dengan simbol-simbol aneh. Dan ternyata, menurut sejarahnya kartu ini sudah dikenal sejak 3000 SM, sinting! Saya terdiam, bingung, cemas, dan benar-benar terjadi ke awkward an di sini. “Kamu ceritakan apa yang mau kamu tanyakan, “ tambah teman ini. Memang sebelumnya saya sudah melihat bagaimana teman sebelumnya di “baca” olehnya, yah, hanya melalui kartu dan reaksi wajahnya semua sudah dapat terbaca begitu detil

Sebelum saya memilih kartu, semua pertanyaan itu harus diceritakan dulu seperti teman tadi. “Kamu tahu semua masalahmu, kamu sebenarnya sudah tahu dan kamu sebenarnya sudah cukup siap,” imbuhnya. Gila! Sebelum bertemu dia, saya begitu ceria sekali, setelah dia sebutkan kata-kata terakhir itu, hening seperti menyapa sekencang-kencangnya.

Refleksi, masa lalu semua diputar kembali dikepala ini, makin jelas seperti menonton film lawas yang seharusnya sudah disimpan rapih di laci yang terkunci rapat. “Siyalan, gw ga mau bahas ini, gw tau ini basi, gw tau ini anj*ng, gw cuma mau lihat ke depan bukan ke belakang lagi!” teriak saya dalam hati.

“Sorry yah, tapi kebacanya seperti ini, tapi setidaknya lo dah siap kok,” tambah teman tadi seru teman itu, entah dia jujur atau hanya sebatas menghibur

Garis waktu memang tak selamanya mulus, garis waktu seakan bisa lompat tinggi sekali, atau bahkan jatuh dalam sekali. Refleksi garis waktu pertama terjadi semalam, dimana saya diingatkan kembali tentang masa itu. Dan memang berat, namun itu hanya sebuah pelajaran dari hidup.

Ada seorang teman atau siapa saya lupa semalam juga mentwit sesuatu. “Sesuatu yang salah saja bisa menjadi pelajaran, apalagi sesuatu yang baik?” Twits ini menjadi sebuah tamparan refleksi saya hari ini. Refleksi yang sebelumnya selalu melulu meratapi kegagalan, padahal kegagalan itu terkadang sangat diperlukan untuk memperbaiki dan memberikan kita kritik tajam.

Waktu benar-benar berputar konstan, tidak pernah lebih cepat atau bahkan lebih lambat. Satu jam tetap 60 menit, dan tetap 1 menit 60 detik, semuanya sudah berjalan sebagaimana mestinya. Dan kalau tidak berjalan sebagaimana mestinya berarti kiamat.

Tahun ini, 2011 bagi saya benar-benar sebuah novel yang rumit dan penuh cerita, dengan alur yang tidak jelas. Dimulai dengan beberapa peristiwa yang cukup menguras isi kepala ini, dimana saya harus pindah kantor, pertama kali melihat rumah jogja itu, lalu pindah kost, kemudian belajar memutuskan masa depan apakah sanggup mencicil sebuah tempat hunian masa depan atau tidak, dan diakhiri dengan pupusnya mimpi akan sebuah pernikahan.

Sawarna menjadi ethnic runaway paling melegakan setelah semua deretan rekam jejak langkah 2011 yang benar-benar, kalau saya bisa bilang “GILA”. Belum tentu 2012 saya bisa mengalami ini semua, belum tentu bertemu cerita yang sama, belum tentu sakitnya seperti ini (mudah-mudahan tidak sesakit ini), belum tentu teriaknya sekencang ini (mudah-mudahan tidak cepat kehabisan suara), belum tentu tawanya selebar ini (mudah-mudahan tidak cepat kering ini mulut).

Cerita ini begitu sempurna, tidak cuma senang terus, tapi ada sedih, ada tangis, ada amarah semuanya menjadi sebuah novel yang kalau bisa saya beri judul “ Novel tentang Mimpi”. Kenapa mimpi, karena memang ini seperti mimpi, kadang mimpi tidak selamanya bagus (tidak semua mimpi itu basah ☺ ), ada mimpi buruk, ada senang, ada apa saja.

Tahun 2012 sebentar lagi, masih banyak mimpi-mimpi yang belum terlaksana di “Novel tentang Mimpi” tapi semuanya bisa kita dapatkan selama kita mau berusaha. Apapun yang terjadi tidak menjadi sebuah hambatan di tahun 2012.

Kemarin sempat berencana ingin membuat film pendek bersama beberapa teman, saya memang sama sekali buta akan dunia film, tapi bagaimanapun juga saya harus bisa. Lalu ada keinginan untuk membuat sebuah kafe, dimana kafe itu tidak terlalu besar tapi benar-benar menjadi tempat paling nyaman kedua setelah rumah. Dan keinginan besar yang lain pun ingin memiliki sebuah perkebunan besar.

Kalau diteruskan “Novel tentang Mimpi” ini seharusnya tidak cuma keluar 1 edisi, ini bisa menjadi seumur hidup edisi, setiap tahun harus terbit, setiap tahun akan ada cerita baru, yang terkadang tidak cuma cacian melulu, tapi ada kisah-kisah inspiratif tentang hidup, meski hanya dalam pandangan saya sendiri. Novel yang saya harap bisa muncul 1000 edisi dan masih bercerita tentang mimpi dengan ceritanya masing-masing




Fatmawati, 31 Dec 2011


Foto: tessifathia.wordpress.com

~ 2 komentar: ~

Munich says:
at: 1 Januari 2012 pukul 10.22 mengatakan...

Peluuuuuuk

Jono says:
at: 2 Januari 2012 pukul 10.33 mengatakan...

makasih munich!!

+

Labels

The Owner

Foto saya
Seorang laki-laki yang baru belajar menulis

Blogroll

About