Minggu, 21 Agustus 2011

Roller Coaster Raksasa





Dubai 39 derajat.
Satu ransel, satu tas punggung yang di taruh di depan (pemakaian yang tidak lazim, tapi mau bagaimana lagi sudah penuh satu punggung dengan separuh badan penuh pakain dan perbekalan), membuat sedikit sesak paru ini untuk menghisap udara padang pasir yang panas. Sempat mengintip tadi di atas sana, padang pasir aneh ini ternyata berada di atas laut. Membentuk seperti pulau-pulau kecil yang unik dan menyebar, tapi hanya pasir. Tidak ada batu, apalagi tanah meski ada sedikit pohon yang tampak dipaksakan untuk hidup.

Masih di dalam sebuah ruang besar yang tampak begitu riweh dengan hiruk pikuk semua jenis manusia di dunia ini. Dari hitam sampai putih, dari bermata sipit hingga beralis tebal, dari bermata biru hingga berjenggot lebat. Seperti sebuah miniatur dunia kecil yang berdesak-desakan dalam sebuah ruang kecil. Sebentar tersadar dari pikiran yang menerawang jauh ini, aku sempat melirik lagi keluar jendela, begitu terang, begitu panas begitu kagum dengan manusia di luar sana yang dapat hidup di cuaca seperti ini.

Menunggu merupakan pekerjaan paling membosankan di seluruh dunia, benar, 4 jam terperangkap di miniatur dunia ini sambil menunggu burung jemputan itu menuju ke negeri nun jauh di sana. Sembari mengunyah roti yang baru saja di beli di toko bertuliskan huruf arab (maaf saya tidak sempat membaca nama toko tersebut, lagi pula kemampuan saya membaca tulisan arab tidak sehebat guru ngaji saya di Jakarta dulu).

Lelah mulai menghinggapi mata ini, ribuan kilometer terlewati begitu saja. Jadi teringat peristiwa beberapa jam yang lalu, dimana roller coaster terbesar di dunia bekerja. “Subhanallah, Allahu Akbar…” teriak wanita di kursi belakang sambil berpegangan erat, mungkin hampir menjambak rambut ini. Beberapa tas sempat jatuh dari atas bagasi. Beberapa pramugari cantik memberikan aba-aba untuk tetap tenang. Gelas ini tumpah sedikit, namun masih berhasil saya kendalikan dengan kedua tangan yang semakin dingin saja.

Teman di samping ini entah seperti terlelap pulas atau pura-pura tidak merasakan kejadian itu. Pesawat terasa seperti turun beberapa meter dari ketinggian, bumi seakan menarik kami sekencang mungkin. Kaki ini sama sekali tak mampu merasakan lantai yang biasanya sangat ramah untuk dipijak. Hanya beberapa detik kejadian tadi padahal, tapi benar-benar roller coaster tergila yang pernah saya naiki. Gurun pasir ber”AC” ini begitu membuat diri ini bahagia, begitu membuat diri ini bernyanyi lepas, begitu membuat saya seperti orang yang hilang akal.

Melompat kesana kemari, tanpa takut akan terjatuh, melihat kanan kiri tanpa ada hambatan atau dinding sempit yang menghalangi. “Yah ampunn… 7 jam gila, ga mau naik pesawat lagi…. Cukup ya Allah sampai Dubai ajah, ga perlu terus sampai Paris, Cannes or Milan… takut naik pesawat…” kata ku dalam hati sambil mencuci tangan ini biar tidak terus gemetar…



Dubai, 19 June 2010




Photo: ngerumpi.com

~ 0 komentar: ~

+

Labels

The Owner

Foto saya
Seorang laki-laki yang baru belajar menulis

Blogroll

About