Jumat, 08 Mei 2009

Hujan dan Burung



Tetesan air itu masih tetap sibuk dengan beberapa temannya. Bersenda gurau, tanpa beban meluncur dari satu daun ke daun lainnya. Dingin dan lembab pun tak ingin ketinggalan untuk ambil bagian dalam opera alam ini. Mereka saling berteriak dan tertawa satu sama lain. Sementara burung-burung masih diam termangu di sarang-sarang mereka sembari menghangatkan diri dan berharap udara kembali hangat secepatnya.

Aku, iyah Aku begitu menyukai keadaan ini meski aku sudah tidak bekerja lagi. Aku, iyah Aku masih setia menikmati keadaan ini sehabis bekerja mengguyur alam semesta. Mungkin Aku harus istirahat barang sejenak, lalu siap memberikan siraman dingin buat kota-kota lain yang telah terbiasa diliputi asap mesin-mesin modern itu.

Teman-teman memanggilku Hujan, Aku satu dari anak ayahku yang paling aktif bekerja saat ini. Ayahku adalah Langit, beliau sering membandingkan ku dengan Salju, Angin dan Petir bahwa Aku adalah anak paling malas dan manja. Ah, sudahlah biarkan saja Ayah bicara seperti itu, toh aku senang dengan kondisiku saat ini. Apalagi saat aku bekerja, aku guyur alam semesta dengan seluruh kemampuanku.

Aku menikmati keadaan ini, hingga suatu hari ada salah satu penduduk bumi yang kerap kali protes kepadaku. Protes yang cukup keras, dan hampir membuatku mogok untuk bekerja lagi. Seseorang itu bernama Burung. Dia memprotesku dengan keras dan terang-terangan di depan saudara-saudaraku dan Ayahku.

"Aku ingin hujan segera berhenti dari pekerjaannya sekarang jg!" Teriaknya lantang.

"Loh, kenapa?" Sahut ayahku.

"Gara-gara Hujan aku tidak bisa lagi bebas terbang kemanapun aku mau. Aku tidak bisa lagi berpetualang kesana kemari. Aku ingin bebas dari Hujan, aku sering diteriaki oleh Dingin dan Lembab. Hal ini bisa membuatku sakit!" Jelasnya dengan tegas

Ayah kemudian menatap tajam ke arahku. Terlihat jelas bahwa dia memang tidak setuju dengan pernyataan protes dari Burung. Namun nampaknya dia ingin mengetahui jawabanku.

"Pledoi seperti apa yang akan kau berikan di forum ini Hujan?" Tanyanya.

"Justru Aku hanya ingin melindungi Burung," jawabku singkat.

"Melindungi apa maksudmu?" Tanya Ayah kembali.

"Aku ingin Burung selalu disitu, tidak kemana-kemana, tidak pergi jauh, dan aku akan selalu ada disisinya sehabis bekerja. Aku ingin dia selalu aman berada disekitarku, karena disana pasti akan ada banyak bahaya bila ia pergi seorang sendiri. Aku akan memberikan sisi terbaik dari hidup ini, yaitu ketika aku selesai bekerja, dan Hening mulai menyapa serta tetesan air mulai bercanda sedikit demi sedikit di atas daun-daun. Karena aku begitu mencintainya, meski aku tidak tahu apa yang ada di hatinya. Aku hanya mau dia disitu dan berharap selalu bisa ada di sisinya setiap saat." Jawabku pelan.


Jakarta 8 May 2009

~ 4 komentar: ~

Jona says:
at: 25 Mei 2009 pukul 23.48 mengatakan...

weh keren nih bro !

Maw says:
at: 3 Juni 2009 pukul 22.53 mengatakan...

gile jono... dahsyat...
nyastra banget...
kenapa gak bikin buku aja jon...
mantap
salut gw...

Unknown says:
at: 8 Juni 2009 pukul 20.23 mengatakan...

@Jona: Thanks Bro
@Tya: hahaha, biasa ajah kali bu hehehe, akhirnya sempet update jg hehehe...

!Ryan! says:
at: 3 Agustus 2009 pukul 12.40 mengatakan...

Wah mantaf nich artikelnya,puitis bgt xixixi...:-)

+

Labels

The Owner

Foto saya
Seorang laki-laki yang baru belajar menulis

Blogroll

About