Rabu, 01 Oktober 2008

Kemampuan Saya Hanya Sampai di Sini Pak!




Sumber foto: www.stockphotography.com

“Kalau mau dibilang siapa yang paling lambat dalam bekerja, bisa dibilang itu gw Ndie,” ungkap seorang teman sekantor saat menanggapi semua cerita saya tentang pekerjaan. “Kalau dibilang paling susah nangkep tugas-tugas baru yah gw juga. Bisa dibilang gw paling katrolah di divisi ini,” jelasnya. “Tapi gw ga mau nyerah begitu ajah, gw ga mau kalah men, gw cowo!,” tegasnya.

Saya sempat berpikir lama mendengar pernyataan tersebut, yang keluar begitu deras seperti tak mengenal kompromi. Memang saat itu saya sedang sedikit banyak mengeluh mengenai beban pekerjaan sehari-hari, yang mau tak mau harus ditangani dengan cepat. Dan ketika itu saya mulai berpikir bahwa bila kita tidak dapat mengikuti siklus ini, bukankah hanya malah menjadi beban?

Beban? Yah, itu yang terus menerus saya pikirkan setiap hari. Saya merasa kemampuan yang ada pada diri ini tidak terlalu banyak membantu. Malah bisa membahayakan pekerjaan. Misalnya, ada suatu kasus pekerjaan beberapa waktu lalu, yang seharusnya bisa diselesaikan dalam 1 bulan, tapi hanya dapat saya selesaikan dalam satu setengah bulan. Lagi-lagi selalu terngiang dalam pikiran ini, seorang pekerja professional tidak akan bisa mentolerir keterlambatan sedikitpun.

Dan, benar saja. Di saat itu saya seperti menjadi beban dalam tugas ini. Saya tidak ingin bersembunyi di balik ketidakmampuan otak ini dalam menangani sebuah pekerjaan. Bukan juga karena saya masih baru di bidang ini atau bukan karena pekerjaannya terlalu sulit. Hanya memang saya telah menjelma menjadi sebongkah karang besar di tengah lautan, dan dalam hitungan waktu karang ini siap menenggelamkan kapal sebesar apapun yang akan melintasinya.

“Tapi pak, saya harus mengerjakan juga ini dan itu, semuanya perlu waktu, sehari cuma 24 jam, jadi cukup berat bagi saya,” jelas saya dalam sebuah diskusi internal dengan seorang atasan. “I don’t care, kamu harus segala menyelesaikannya, dan harus sempurna besok,” tegas atasan tadi. Yah memang segalanya harus selalu sempurna. No body perfect terasa menjadi frase klise dalam kasus ini. Semua harus sempurna, karena kita profesional.

Benar, di sini saya mulai menemukan benang merahnya. Profesionalisme mulai saya benturkan dengan karang besar ini, tinggal menunggu waktu, bisa-bisa divisi ini gulung tikar. Sampai di titik inilah saya mulai bercerita panjang lebar dengan temanku tadi. Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, kita tidak bisa menyerah begitu saja. Semua butuh proses, dan jangan pernah menganggap diri kamu tidak bisa.

Tapi bukan karena kamu tidak mampu sehingga kamu menjadi beban, ada feel dalam menyelesaikan sesuatu. Hubungan sesama manusia juga berpengaruh, rasa nyaman benar-benar cukup menentukan kualitas dari hasil kejar kita. Tapi bukankah kita harus keluar dari comfort zone kita untuk memperoleh hasil yang maksimal?

Hehehe… jadi bertele-tele begini yah, beban, saya benturkan profesionalisme, kemudian saya benturkan lagi pada proses, lalu dibenturkan lagi dengan struggle untuk tidak mudah menyerah. Malah sekarang dibenturkan lagi dengan comfort zone. Bisa-bisa benjol kepala ini kebentur terus-terusan.

Ada seorang teman berkata, hidup ini seperti buku, ada buku-buku politik atau filsafat yang sangat berat dan tidak mudah untuk dicerna. Lalu ada buku yang ringan-ringan saja, mudah dicerna dan sangat populer. Dan sayangnya buku-buku ringan ini yang paling digemari. Kalau kita hanya membaca buku-buku yang ringan hanya sedikit pelajaran kehidupan yang akan kita mengerti. Dan sampai titik ini ada parameter "hantu" yang mengatakan “kemampuan saya hanya sampai di sini pak!”



Bekasi, 2 Oktober 2008, 01.00 WIB

~ 3 komentar: ~

Anonim
at: 8 Oktober 2008 pukul 00.30 mengatakan...

wah hidup seperti toko buku seperti apa yang diucapkan oleh luna maya dan darius untuk film love ya Jon,,,tulisan kamu bagus

Anonim
at: 9 Oktober 2008 pukul 06.02 mengatakan...

Wah ternyata teman gw itu suka nonton filem indonesia ternyata hehehe

Anonim
at: 15 Oktober 2008 pukul 20.30 mengatakan...

Just try the best, don't create the limit but break the limit! :)

+

Labels

The Owner

Foto saya
Seorang laki-laki yang baru belajar menulis

Blogroll

About