Sabtu, 16 Agustus 2008

Pertarungan Hidup



“Pekerjaan memang tidak pernah ada habisnya, sampai matipun kamu tidak akan lepas dari pekerjaan itu. Kecuali kamu sendiri yang mampu mengatur mana pekerjaan dan mana sisi lain dari kehidupanmu!” Celoteh seorang sahabat ketika mendengar keluhanku akibat pekerjaan yang menumpuk akhir-akhir ini. Ada benarnya juga dia berkata seperti itu, namun aku kembali menerawang dalam lamunanku, “pernah kah aku bepikir sampai kapan batas sebuah pekerjaan selesai atau tidak?” tanyaku dalam hati.

Setiap sisi kehidupan memang memiliki kesibukannya sendiri-sendiri, tukang sapu di jalan pun cukup sibuk dengan pekerjaannya, bahkan mungkin dia mengambil “side job” sebagai pedagang asongan. Bahkan untuk ukuran anak SD pun memiliki kesibukannya sendiri, pulang sekolah ia harus makan, tidur siang, bersosialisasi dengan teman seusianya, hingga sebelum tidur pun ia harus mengerjakan tugas-tugas sekolah. Itu belum ditambah tugas-tugas bagi mereka yang mengikuti les di luar sekolah.

Hingga saat ini pun, sebagai seorang karyawan di salah satu media agency di Ibukota, saya belum memiliki parameter apa sebuah profesi dikatakan begitu sibuk, atau mungkin paling sibuk. Apakah dengan kapasitas pekerjaan yang tinggi? Frekuensi tugas-tugas maupun pekerjaan yang begitu cepat. Atau kualitas pekerjaan yang memerlukan kinerja berpikir lebih berat.

“Duh, di pekerjaan yang baru ini, meski sangat menantang, namun cukup berat sekali,” keluh seorang teman suatu hari di saat istirahat makan siang. “Yah udahlah resign ajah, pusing amat mikirnya, kalau ga sanggup resign ajah, jangan maksain, hasilnya malah ga bagus buat kinerja perusahaan, dan diri kamu sendiri,” salah satu teman yang lain langsung membalas keluhan tersebut. Hahaha, tawaku dalam hati memperhatikan percakapan mereka. Ini memang benar-benar dunia baru bagiku, mungkin temanku yang menyuruh resign itu sudah cukup bosan dengan keluhan-keluhan yang biasa ia dengarkan sesama rekan karyawan.

Bisa aku mengerti pola pikirnya, namun sepertinya bukan itu yang diinginkan temanku yang mengeluh tadi. Tampak kekecewaan terlihat dari raut wajahnya manakala langsung mendengar komentar tersebut. Tidak semua keluhan ditujukan untuk mencari simpati. Tidak semua keluhan akibat menyesali sebuah pilihan. Terkadang keluhan adalah bentuk dari ekpresi atau ungkapan seseorang tentang kondisinya saat ini, bukan untuk mencari simpati, tapi sekadar berbagi.

Banyak orang mengatakan bahwa keluhan itu malah menyebabkan sesuatu yang berbau negatif. Benar juga, dengan catatan keluhan tersebut bersifat terus-menerus dan tenggelam dalam keluhan itu sendiri. Namun ada kalanya kita melihat keluhan sebagai bentuk evaluasi diri, bentuk penyempurnaan pertarungan kehidupan. Tanpa keluhan, kita tidak tahu kapasitas diri yang terkadang terlupakan oleh keinginan atau obsesi yang tinggi.

Keluhan merupakan sisi lain dari pertarungan hidup.Seperti pertarungan pertama kali seorang jabang bayi menyentuh udara kehidupan, hingga menutup mata menemui Sang Pencipta (saya batasi pembicaraan ini dalam ruang lingkup kehidupan duniawi). Sang bayi kecil pun harus menangis manakala ia baru dilahirkan. Apakah itu keluhan? Atau kebingungan? Yang pasti ia sedang beradaptasi dan bertarung menghadapi dunia yang baru.

Ketika seorang anak gagal meraih peringkat pertama dikelasnya, dia tampak murung, menyendiri, bukankah itu sebuah keluhan juga. Keluhan hasil pertarungannya yang berat melawan cita-cita? Pertarungan itu mau tidak mau harus kita lakukan. Ketika salah seorang teman menanyakan mengenai pertarungan ini apakah kita harus menghadapinya, atau menghindarinya?

Selama kita masih bisa mengeluh, kita tidak mungkin menghindari pertarungan. Tapi apakah benar pernyataan itu. Setiap sisi kehidupan-seperti yang telah saya bilang-memiliki kesibukannya sendiri-sendiri. Pertarungan hidup merupakan bagian dari kesibukan itu, dan keluhan merupakan bagian dari pertarungan hidup itu. Semua tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kalau kamu takut mengeluh, jangan bertarung, kalau kamu takut bertarung jangan mencari kesibukan. Kalau kamu takut kesibukan diam saja, sampai ajal menyapa dan saya pikir di sana pasti akan lebih banyak kesibukan, pertarungan dan bahkan keluhan.


Bekasi, 16 Agustus 2008, 14.00 WIB

~ 1 komentar: ~

Motivasi Hidup Hebat says:
at: 22 Agustus 2008 pukul 03.21 mengatakan...

Keep trying, do the best, we will getting better and better Jon... :)

If you want to read : http://orangemood.wordpress.com/page/2/?s=orange+tips

+

Labels

The Owner

Foto saya
Seorang laki-laki yang baru belajar menulis

Blogroll

About