Malam ini begitu dingin,
Begitu sunyi,
Begitu gelap,
Dan begitu melelahkan.
Berulang kali aku bangun dari tempat tidur ini,
Seperti terusik oleh dentuman meriam besar yang tidak tahu ada di mana,
Berputar-putar dalam labirin mimpi yang tak terjangkau,
Tidak hanya otak ini yang lelah, tapi perasaan ini pun lelah.
Aku seperti kupu-kupu tak bersayap,
Jauh dari keindahan yang senantiasa menemaninya,
Jauh dari kebebasan untuk terbang kemanapun ia inginkan,
Jauh dari harapan yang senantiasa membawanya bersama kelopak-kelopak bunga.
Kupu-kupu ini mulai menghitam,
Kering,
Mengigil,
Menjerit tanpa suara,
Kupu-kupu ini mulai menangis,
Untuk apa dia hidup,
Untuk apa dia terbaring di bumi,
Untuk apa dia terus menatap angkasa luas.
Apakah ia masih pantas disebut kupu-kupu,
Tanpa sayap dipundaknya,
Masih kah ada harapan untuk sekadar melihat kelopak bunga lagi?
Untuk sekadar bermain dengan asa, meski ia sadar tak ada yang mampu memberinya asa selain sayap.
Bekasi, 11 Maret 2008, 1.30 am
Sabtu, 09 Agustus 2008
~ 0 komentar: ~
Posting Komentar